Jumat, 29 Juni 2012

sejarah kebudayaan islam indonesia

Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia

Indonesia merupakan negara Muslim terbesar di seluruh dunia. Muslim di Indonesia juga dikenal dengan sifatnya yang moderat dan toleran. Sejarah awal penyebaran Islam di sejumlah daerah yang sekarang dikenal sebagai Indonesia sangatlah beragam. Penyebaran Islam di tanah Jawa sebagian besar dilakukan oleh walisongo (sembilan wali). Berikut ini adalah informasi singkat mengenai walisongo.

"Walisongo" berarti sembilan orang wali. Mereka adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Dradjad, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, serta Sunan Gunung Jati. Mereka tidak hidup pada saat yang persis bersamaan. Namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, bila tidak dalam ikatan darah juga dalam hubungan guru-murid.

Maulana Malik Ibrahim adalah yang tertua. Sunan Ampel adalah anak Maulana Malik Ibrahim. Sunan Giri adalah keponakan Maulana Malik Ibrahim yang berarti juga sepupu Sunan Ampel. Sunan Bonang dan Sunan Drajad adalah anak Sunan Ampel. Sunan Kalijaga merupakan sahabat sekaligus murid Sunan Bonang. Sunan Muria anak Sunan Kalijaga. Sunan Kudus murid Sunan Kalijaga. Sunan Gunung Jati adalah sahabat para Sunan lain, kecuali Maulana Malik Ibrahim yang lebih dahulu meninggal.

Mereka tinggal di pantai utara Jawa dari awal abad 15 hingga pertengahan abad 16, di tiga wilayah penting. Yakni Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, serta Cirebon di Jawa Barat. Mereka adalah para intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya. Mereka mengenalkan berbagai bentuk peradaban baru: mulai dari kesehatan, bercocok tanam, niaga, kebudayaan dan kesenian, kemasyarakatan hingga pemerintahan.

Pesantren Ampel Denta dan Giri adalah dua institusi pendidikan paling penting di masa itu. Dari Giri, peradaban Islam berkembang ke seluruh wilayah timur Nusantara. Sunan Giri dan Sunan Gunung Jati bukan hanya ulama, namun juga pemimpin pemerintahan. Sunan Giri, Bonang, Kalijaga, dan Kudus adalah kreator karya seni yang pengaruhnya masih terasa hingga sekarang. Sedangkan Sunan Muria adalah pendamping sejati kaum jelata.

Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia. Khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat "sembilan wali" ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.

Masing-masing tokoh tersebut mempunyai peran yang unik dalam penyebaran Islam. Mulai dari Maulana Malik Ibrahim yang menempatkan diri sebagai "tabib" bagi Kerajaan Hindu Majapahit; Sunan Giri yang disebut para kolonialis sebagai "paus dari Timur" hingga Sunan Kalijaga yang mencipta karya kesenian dengan menggunakan nuansa yang dapat dipahami masyar
Kebudayaan Islam dipahami sebagai aktualisasi atas nilai-nilai yang tertanam dalam hati seseorang atau masyarakat. Sebuah kebudayaan dapat disebut Islami apabila nilai-nilai yang membangkitkan kegiatan dan penciptaan pada manusia adalah nilai-nilai Islam. Dengan kata lain, Islam akan menjadi budaya suatu masyarakat apabila telah menjadikan nilai-nilai Islam sebagai pijakan berbagai kegiatan dalam kurun waktu yang relatif lama, sehingga menjadi tradisi budaya yang menyatu (Qardhawi, 2001).

Islam yang diwahyukan kepada Muhammad telah membawa bangsa Arab yang semula terbelakang, bodoh, tidak dikenal dan diabaikan oleh bangsa maju. Salah satu bukti bahwa pada awalanya bangsa Arab diabaikan oleh bangsa lain adalah pada saat balatentara Alexander (seorang penduduk kesohor dari dunia masa lampau) telah menduduki Mesir, setelah itu dipirannya daerah yang akan ditaklukan berikutnya adalah Persia yang terkenal makmur dan kaya, bukan Arab (lebih dekat dengan Mesir) yang kering kerontang dan tandus. Islam dengan segala nilai-nilai dan ajarannya dengan cepat mengembangkan dunia, membina satu kebudayaan dan peradaban yang sangat penting, arinya dalam sejarah manusia hingga sekarang.

Landasan kebudayaan Islam adalah agama. Islam tidak seperti masyarakat yang menganut agama bumi karena agama bukan kebudayaan, tetapi melahirkan. Kebudayaan Islam itu berada dengan kebudayaan agama Islam, sebagaimana dikemukakan oleh Gibb sebagai berikut.
Islam is indeed much more than a system of theology, it is a complete civilization (Islam pada dasarnya lebih dari sekedar sistem teologi, ia adalah suatu peradaban yang sempurna) karena yang menjadi pokok kekuatan dan sebab timbulnya sebuah sistem kebudayaan adalah agama Islam, kebudayaan yang ditimbulkannya dinamakan kebudayaan atau peradaban Islam.

Kebudayaan Islam akan tersebar ke dunia luas, jika korps ulama ingin tampil ke depan dengan suatu ajakan yang ilmiah, jauh dari segala cara berpikir buruk dan panatik. Kebudayaan ini akan berdialog dengan hati, dengan pikiran dan dapat dijamin manusia dari segala bangsa akan menerimanya dengan hati terbuka tanpa dapat dicegah dari ambisi-ambisi pribadi. Menggunakan teori ini mampu menghantam kuasa kebudayaan luar dari dalam dan mampu meruntuhkan disiplin-disiplin tradisional humaniora, sehingga kebudayaan Islam menjadi pedoman besar untuk kebudayaan lain dari segi akal, segi moral yang berpedoman teguh pada prinsip sabar dan optimis, sampai segi ukhuwah.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kebudayaan sangat diperhatikan dalam Islam. Selain itu, kebudayaan juga mempunyai peran untuik membumikan ajaran Islam yang utama sesuai dengan kondisi dan kebutuhan hidup umat manuisa. Jadi, agama bukan kebudayaan, tetapi melahirkan kebudayaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar